BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan judul
Judul yang penyusun pilih dengan alasan karena menjadi
tanggung jawab penyusun untuk meneruskan dan mengembangkan karena sudah
ditentukan oleh sekolah.
Karya tulis ini berjudul “Museum Geologi” ini kami
pilih karena mengandung maksud dan tujuan yang sangat dalam karena kita sebagai
penerus dapat mempelajari dan meneliti. Karena di sini dipaparkan dan disajikan
berbagai fosil-fosil zaman purba dan asal mula bumi.
B. Pengertian Museum Geologi
Museum geologi adalah sebuah museum yang di dalamnya
terdapat fosil-fosil zaman purba sejarah dan bentuk permukaan bumi. Museum ini
diresmikan pada tanggal 22 Agustus 2000 oleh ibu Megawati Soekarno Putri.
C. Maksud dan Tujuan
Penyusun karya tulis ini dengan topik yang dari obyek
wisata dengan maksud yaitu generasi dapat mengenal dan meneliti tentang
fosil-fosil purba dan asal mula bumi.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam menyusun karya tulis ini, data visit yang
melalui metode antara lain :
1.
Metode observasi
Dalam metode ini penyusun langsung melihat dan
membuktikan segala sesuatu yang menunjang dalam penyusunan karya tulis agar
dapat menarik perhatian orang dan membaca karya tulis ini.
2.
Metode study pustaka
Dalam metode ini, penyusun kembali beberapa sampel
yang sesuai dengan judul yang akan kami pilih serta membaca buku penunjang.
E. Sistematika Karya Tulis
Dalam pembuatan karya tulis ini, penyusun melampirkan
sistematika karya tulis sebagai penunjang dan membuat pembaca dalam mengetahui
urut-urutannya.
- Judul dalam
- Pengesahan
- Persembahan
- Motto
- Kata Pengantar
- Daftar Isi
- BAB I Pendahuluan
- BAB II Sejarah Kehidupan
- BAB III Geologi Indonesia
- BAB IV Dunia Batuan dan Mineral
- BAB V Geologi untuk Kehidupan Manusia
- Kesimpulan
dan Saran
- Penutup
- Daftar Pustaka
- Biodata Lampiran Penyusun
- Lampiran
F. SEJARAH MUSEUM GEOLOGI BANDUNG
Berdirinya museum geologi sangat erat dengan sejarah
penyelidikan geologi di Indonesia yang telah dimulai sejak 1850-an oleh “Dienst
Van Het Mijnwezen” yang berkedudukan (1852-1866) lembaga ini di pindah ke
Jakarta (1866-1924) akhirnya pindah ke Bandung, menempati Gedung Government
Bedrijven (gedung sate).
Para ahli untuk
melakukan penyelidikan selalu membawa contoh batuan, mineral dan fosil untuk
diteliti laboratorium. Tahun 1922 penyelidikan geologi di Indonesia
meningkat contoh batuan, mineral dan fosil dikumpulkan dari berbagai daerah Indonesia.
Gedung ini dirancang dengan gaya
arsitektur “Art deco” oleh arsitek Belanda Ir. H. Menalda Van Schouwenburg.
Pada tanggal 16 Mei 1929 bertepatan dengan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke
IV diresmikan gedung sebagai museum geologi dengan nama Geologische museum.
Berbagai koleksi disimpan dan ditata di lemari kaca (vitri). Setiap koleksi di
beri laba dan menginformasikan nomor koleksi, tempat ditemukan dan kolektornya.
Sistem peragaan seperti itu tidak berubah sampai tahun 1998.
Dengan rencana pengembangan yang rintis sejak tahun
1993 atas kerja sama antara pemerintahan Indonesia dengan pemerintahan
Jepang. Meliputi : renovasi gedung, pengembangan sistem dokumentasi koleksi,
pengembangan sistem peragaan, pengembangan sistem edukasi dan pengembangan
program penelitian koleksi. Pada tanggal 22 Agustus 2000, museum geologi
diresmikan kembali pembukaannya oleh ibu Megawati Soekarno putri. Luas bangunan
difungsikan sebagai ruang peragaan sehingga diharapkan museum geologi dapat
memenuhi kebutuhan pengunjung dan penggunaan jasa museum geologi lainnya.
BAB II
A. Prakambium (Arkeozoikum
dan Proterozoikum)
1.
Arkeozoikum (Masa Kehidupan Purba)
4.600.000.000 – 2.500.000.000 tahun lalu
Masa ini dapat dibedakan menjadi dua tahap, yaitu :
masa priscoan atau hadean (4,6 – 4 milyar tahun lalu).
Masa arkeozoikum antar arkean (4-2,5 milyar tahun
lalu), merupakan masa pemunculan kehidupan paling primitif (purba) yang bermula
di dalam samudra berupa mikroorganisasi dari jenis bakteri dan ganggang. Fosil
tertua yang ditemukan adalah stromstolites dan cyanobacteria.
2.
PROTEROZOIKUN (Masa Kehidupan
Awal)
2.500.000.000 – 540.000.000 tahun lalu
masa protozoikum atau disebut masa Algonikian adalah
masa perkembangan kehidupan dari organisme ber sel tunggal menjadi bersel
banyak (Eukaryotes dan prokaryotes), seiring dengan perkembangan hidrofer dan
atmosafer. Menjelang akhir masa ini, organisasi yang lebih komplek sejenis
invertebrate bertubuh lunak seperti ubur-ubur, cacing dan koral mulai muncul di
laut dangkal dan bukti buktinya dijumpai sebagai fosil sejati pertama.
Fosil terkenal adalah stromatolit Alga jacotophyton,
cacing berluas springgina, cacing beludru Hallucigenia, cacing nggiling dickinsonia
dan ubur-ubur mawsanites. Pada akhir masa prakambium, benua-benua yang semula
berpencar mulai menyatu menjadi satu daratan yang dinamakan Rodinia dengan
samuderanya “Panthalassa”.
B. Paleozoikum (Masa
Kehidupan Tua)
540.000.000 – 245.000.000 tahun lalu
Masa ini merupakan masa perkembangan hewan
invertebrate (tidak bertulang belakang) dan vertebrata, khususnya dan amfibi
serta sebagian reptilia, dan juga sebagai masa perkembangan ganggang laut serta
tumbuhan berprosa.
1.
ZAMAN KAMBRIUM : 540.000.000 –
510.000.000 tahun lalu.
Pada zaman ini muncul kelompok hewan invertebrate yang
mempunyai kerangka luar dan bercangkung sebagai pelindung. Kehadirannya diakui
sebagai bukti adanya kehidupan yang nyata. Fosil umum dijumpai penyebarannya
yang luas adalah Alga, cacing, sepon, koral, moluska. Ekinodermata, Brakiopoda,
dan atropoda. Fosil penunjuk zaman adalah trilobite (kelompok artropodo yang
kini telah punah).
2.
ZAMAN ORDOVISIUM : 510.000.000 –
439.000.000 tahun lalu
Zaman ini merupakan zaman perkembangan hewan invertebrata
dan pemunculan invertebrata lain seperti tetrakoral, graptolit, ekinoid (landak
laut), asteroit (Bintang laut), krinoid (lilia laut) bryzoa. Koral dan alga
membentuk karang laut, graptolit dan tribobit melimpah sedangkan ekinodermata
dan brakiopda mulai menyebar. Pada zaman ini juga mulai muncul vertebrata dari
jenis ikan tanpa rahang.
3.
ZAMAN SILUR : 439.000.000 –
408.000.000 tahun lalu.
Zaman ini terjadi peralihan dari air ke dara. Tumbuhan
dari darat mulai muncul untuk pertama kalinya termasuk pteridofita (Tumbuhan
paku), sedangkan di dalam laut hidup kalajengking raksasa (eurypterid) dan ikan
berahang, serta ikan yang berperisai tulang sebagai pelindung.
4.
ZAMAN DEVON 408.000.000 –
362.000.000 tahun lalu
Zaman Devon merupakan
zaman perkembangan secara besar-besaran jenis ikan dan tumbuhan darat. Ikan
berahang, dan hiu semakin aktif sebagai pemangsa di lautan. Migrasi ke daratan
terus berlanjut, hewan amfibi mulai berkembang dan beranjak ke daratan.
Tumbuhan darat semakin umum dan mulai muncul serangga untuk pertama kalinya.
5.
ZAMAN KARBON : 362.000.000 –
290.000.000 tahun lalu
Zaman ini merupakan perkembangan amfibi dan tumbuhan
hutan. Repitilia dan serangga raksasa muncul pertama kali. Pohon pertama yang
muncul adalah jamur klab, tumbuhan fern dan paku ekor kuda yang tubuh di
rawa-rawa. Benua-benua yang menyatu membentuk satu masa daratan yang luas
disebut pengea. Iklim tropis menghasilkan secara besar-besaran rawa-rawa yang
terisi pepohonan dan sekarang tersimpan sebagai batubara.
6.
ZAMAN PERM : 290.000.000 – 245.000.000 tahun lalu
Zaman perkembangan repltilia yang mirip mamalia mulai
meningkat dan munculnya serangga modern, begitu juga tumbuhan conifer dan
ginkgo primitif. Zaman ini di akhir dengan kepunahan massal dalam skala besar,
dimana trilobite, toral dan ikan menjadi punah.
C. MESOZOIKUM (MASA
KEHIDUPAN TENGAH)
245.000.000 – 65.000.000 tahun lalu
Masa Mesozoikum adalah masa berkembangnya hewan
reptilian, khususnya dinosaurus serta berkembangnya amonit dan tumbuhan berbiji
purba, masa ini dibagi menjadi 3 zaman : trias, jura, dan kapur.
1.
Zaman Tratas = 245.000.000 –
208.000.000 tahun lalu
Zaman ini dinosaurus dan reptilian laut berukuran
besar mulai pertama kali. Amonit, semakin umum, sedangkan gastro pada dan
bivalvia semakin meningkat. Mamalia pertama mulai muncul dan reptilian air
semakin banyak seperti penyu dan kura-kura. Jenis tumbuhan cycar (mirip palem)
dan conifer mulai menyebar. Pada zaman ini benua pangea bergerak ke utara dan
membentuk gurun lapisan es di bagian selatan mencari dan celah-celah mulai
terbentuk di pangea.
2.
Zaman Jura : 208.000.000 –
145.000.000 tahun lalu
Zaman jura adalah zaman kejayaan dinosaurus yang
menguasai daratan. Sedangkan lautan dikuasai reptilian laut seperti khtyosaurus
dan plesiosaurus, sedangkan di angkasa dikuasai reptilia terbang seperti
pterosaurus serta pterodactyl. Burung sejati pertama mulai muncul
carchaepetrodactyl. Jenis buaya mulai berkembang. Sedangkan amenit dan Belemit
menjadi sangat umum. Tumbuhan ginkgo. Benetit dan sequoia melimpah dan kanifer
menjadi umum. Pada zaman ini benua pangea terpisah, dimana Amerika utara
terpisah dari Afrika, sementara Amerika selatan melepaskan diri dari Antartika
dan Australia.
Di Indonesia pernah ditemukan fosil gigi ichthyosaurus di pulau seram, yaitu
sejenis reptil laut yang hidup sezaman dengan dinosaurus.
3.
ZAMAN KAPUR (145.000.000 –
65.000.000 tahun lalu
Zaman ini merupakan puncak kejayaan dinosaurus raksasa
dan reptilian terbang. Mamalia dan tumbuhan berbunga mulai berkembang dengan
baik. Mamalia berari-ari mulai muncul pertama kali, dan saat itu belum mulai
muncul. Pada zaman ini India
terlepas jauh dari Afrika dan bergerak menuju Asia.
D. Dinosaurus
Dinosaurus adalah hewan reptilian yang pernah hidup
dan menguasai daratan pada masa mesozoikum, jauh sebelum manusia ada.
Dinosaurus muncul pada zaman Trias, berkembang pesat pada zaman jura, dan punah
pada akhir zaman kapur. Dinosaurus pemakan daging (Karnivora) terbesar dan
terbuas Tyranosaurus rex yang biasa disebut dengan T-rex.
E. Kepunahan Massal Pada
Akhir Zaman Kapur
Peristiwa kepunahan besar-besaran yang terjadi pada
akhir zaman kapur (65 juta tahun lalu) merupakan berakhirnya masa mesozoikum,
sekaligus awal mula masa kenozoikum. Jenis-jenis kehidupan yang punah meliputi.
Dinosaurus, pterosaurus, ichthyosaurus, plesiosaurus, dan kelompok bintang
moluska (Amonit dan belemnite). Serta sebagian besar brakiopoda. Banyak yang
menerangkan penyebab kepunahan massal diantaranya adalah tentang jatuhnya
meteroit raksasa yang membentuk bumi dengan benturan sangat dahsyat. Benturan
meteroit itu menimbulkan panas dan kebakaran asap dan awan tebal. Awan tebal
ini menghalangi sinar matahari sehingga terjadi pendinginan global dan
penipisan oksigen yang mengakibatkan sebagian tumbuhan, hewan pemakan tumbuhan
dan hewan pemakan daging juga mati. Dinosaurus yang merupakan hewan berdarah
panas tidak mampu bertahan hidup pada iklim itu, sehingga akhirnya punah.
F. KENOZOIKUM Masa Kehidupan
baru : Teriser dan Kuarter (65.000.000
tahun lalu – sekarang.
Mama kenozikum merupakan masa perkembangan masa
mamalia dan tumbuhan berbiji modern. Masa ini dibagi menjadi 2 yaitu zaman
tersier dan Kuarter. Pada zaman tersier dan kuarter, pemunculan dan kepunahan
hewan serta tumbuhan saling berganti seiring dengan perubahan iklim global.
1.
Zaman tersier : 65.000.000 –
1.700.000 tahun lalu
Zaman ini merupakan zaman perkembangan mamalia di
belahan dunia, akan tetapi tidak demikian halnya dengan Indonesia
karena pada zaman ini sebagian pulau Indonesia mulai terbentuk. Oleh
karena itu fosil-fosil yang dijumpai di Indonesia sebagian besar merupakan
fosil hewan laut terutama moluska dan foraminifera.
2.
Kala Paleosen : 65.000.000 –
65.500.000 tahun lalu
Kali ini merupakan awal hewan mamalia pemakan rumput
primata, burung dan Discoaster. Kala ini ditandai oleh kegianmagma yang sangat
intensif, susut laut yang besar dan hujan materoit.
KALA EOSEN : 56.500.000 – 35.5000.000 tahun lalu
Pada kala Eosen ini mamalia mulai berkembang dengan
baik, seperti kuda, binatang pengerata (Rodent) dan nenek moyang hewan modern
seperti unta, badak, dan lainnya, termasuk hiu raksasa (basilosaurus) dan
burung raksasa (Biatryma). Pecahnya Benua Pangea ditandai oleh pergerakan
lempeng, yaitu Benua Afrika, menabrak benua Eropa membentuk Alpen, India
menabrak Asia membentuk Himalaya.
KALA OLIGOSEN 35.500.000 – 23.500.000 tahun lalu.
Kala ini, mamalia semakin bertambah besar ukurannya.
Mamalia modern termasuk gajah pertama muncul. Nenek moyang kucing, anjing dan
beruang mulai berkembang. Kehidupan di laut ditandai dengan munculnya hewan
jenis baru seperti : kepiting, kerang, dan siput. Iklim mendingin, hutan
berkurang namun padang
rumput meluas disertai dengan pesatnya perkembangan hewan pemakan rumput.
Kala MIOSEN 23.500.000 – 5.200.000 tahun lalu
Kala ini dicirikan oleh padang rumput makin meluas, oleh karena itu
mamalia pemakan rumput berkembang semakin pesat. Kala ini dicirikan oleh
munculnya homonoit (proconsul), lembu, domba dan monyet.
KALA PLIOSEN 5.200.000 – 1.700.000 tahun lalu.
Pada kali ini muncul hominid yang pertama, fosil-fosil
penciri kala pliosen yang ditemukan di Indoesia secara melimpah adalah dari
kelompok moluksa dan foramina fera.
KALA KUARTER : 1.700.000 tahun
lalu – sekarang
Pada zaman kuarter di belakang bumi dikenal sebagai
zaman perkembangan manusia, sedangkan di Indonesia di samping perkembangan
manusia berkembang juga mamalia.
KALA PLISTOSEN 1.700.000 – 10.000 tahun lalu.
Mamalia yang berkembang pada kala ini mempunyai ragam
bentuk yang spektakuler, seperti mammouth, mastodon (Harimau bergidi pedang).
Megatherium (kukang tanah raksasa), beruang gua, dan lain sebagainya. Kala ini
merupakan zaman es terbesar karena ada lima
kali peristiwa glasiasi. Di sudut peragaan kala plistosen, dipamerkan mamalia
dan vertebrata lainnya yang pernah hidup di Indonesia pada kala ini, termasuk
fosil manusia purba dari Indonesia
dan seluruh dunia.
KALA HOLOSEN : 10.000 – tahun lalu.
Pada kala ini jenis kehidupan berkembang pesat dan
manusia meoden mulai muncul.
G. VERTEBRATA INDONESIA
Sudut ini memperagakan berbagai koleksi fosil hewan
bertulang belakang (Vertebrata) yang semuanya berasal dari Indonesia.
Koleksi ini menjadi kebanggaan museum Geologi diantaranya adalah fosil gajah
Steyodon Trigonocephalus, Sinomastodon bumiayuensis, Badak Rhicoceros
sondaicus, kuda nil hippopotamus simplex, kerbau bubalus palaekerabau dan
raksasa kura-kura gaochelone. Atlas sebagian besar di temukan di situ sekitar
aliran sungai bengawan Solo – Jawa Tengah, Jawa Timur.
Selain itu dipamerkan fosil-fosil dari luas jawa,
seperti Babi rusa celebochoerus heekereni, komodo varanus komodoensis, gajah
kerdil steyodon, sompoensis, stegodon sondaari dan elephas, celebensis.
H. BANDUNG
Para ahli geologi
meyakini bahwa Bandung
dahulunya merupakan seuatu danau yang luas. Pendapat ini didasarkan atas bukti
kenampakan mofrologinya yang berbentuk cekungan, terisi oleh batuan dengan ciri
khas endapan danau dan ditemukannya fosil ikan air tawar.
Selain itu, keberadaan binatang diperkuat oleh adanya
banyak temuan artefak peninggalan manusia purba yang diduga hidup di pinggiran
danau Bandung.
Sejarah Danau Bandung ini dimulai sekitar 10.000 tahun
lalu, dimana aliran sungai citarum terbendung oleh batuan hasil letusan gunung
Sunda sehingga meluap dan menggenangi daerah Bandung dan sekitarnya.
Indikasi lain dari keberadaan Danau Bandung yang
menurut legenda, dinamakah Situ Hiang ini
adalah banyak penanaman daerah dengan menggunakan istilah yang
mencirikan kondisi adanya banyak air, seperti naman daerah dengan awalan “Ci”
yang artinya sungai, misalnya Cililin dan “Ranca” yang artinya rawa, misalnya
Ranceekek. Sedangkan daerah yang sejak dulu merupakan daratan menggunakan nama
“Ujung” misalnya ujung berung.
Di sudut ini juga dipamerkan fosil ular sanca phyton
reticulates yang ditemukan di daerah Ciharum dan fosikl ikan cyprinis carpio
dari Cililin. Selain itu gajah Elephas maximus di daerah Rancamalang, Cijerah, Bandung.
I. MANUSIA PURBA
Sudut ini merupakan ruang khusus yang memberikan
penjelasan tentang manusia purba, khususnya yang ditemukan di Indonesia.
Sebagian besar fosil manusia purba, manusia ini di
temukan di pulau jawa, khususnya di sepanjang daerah aliran sungai Bengawan
Solo yang mengalir dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
Beberapa lokasi situs manusia purba yang sedang
dikenal dunia dijelaskan di sini beserta koleksi temukanya, seperti daerah
trinil, ngandong, Sangiran, sambung macan, dll.
Trinil yang terletak 11 km di barat kota Ngawi, Jawa
timur, telah dikenal dunia sejak ditemukannya fosil manusia purba
Pithecanthropus Erectus yang disebut-sebut sebagai “The Missing Link” oleh
penemuannya Tugene Dubois yang melakukan ekskavasi pada tahun 1891 – 1893.
Sekarang fosil ini dinamakan Homo Erectus yang diberi kode Pithecanthropus I
(P-I).
Ngandong yang terletak di Kabupaten Blora. Jawa
Tengah, 10 km dari kota
Ngawi, merupakan situs yang paling banyak ditemukan fosil manusia purba pada
satu lokasi. II Tengkorak telah ditemukan dalam kegiatan ekskavasi pada tahun
berikutnya dan diidentifikasi sebagai Homo (Javanthropus) soloensis, yang
sekarang dikenal sebagai homo erectus soloensis.
Sangiran yang terletak di Kabupaten Sragen, Jawa
Tengah 120 KM di utara Kota Solo (Surakarta),
merupakan situs terkaya akan temuan fosil vertebrata khususnya hominid (Manusia
purba).
Temuan pertama fosil vertebrata, tepatnya di Kalioso,
Sangiran, dilaporkan oleh Schemilling pada tahun 1864. Tahun 1937, Van
Koeningswald melaporkan temuan fosil manusia purba yang kemudian diberi kode
pithecanthropus II (P-II). Di daerah ini juga banyak ditemukan fosil manusia
purba Pithecanthropus termasuk P-III atau disebut juga S-17 (Sangiran-17) yang
merupakan tengkorak paling lengkap diantara temuan lainnya yang sampai sekarang
fosil aslinya masih tersimpan di museum Geologi Bandung.
Di sudut ini dipaparkan sejarah evaluasi manusia purba
dicetuskan oleh Charles Darwin, Ernst Haeckel dan Eugene pobois, Selain itu dua versi teori
evolusi manusia purba yang dianut dunia, yaitu teori “Multi Regional” dan Teori
“Out of Africa,” serta beberapa penjelasan lain seputar manusia purba.
BAB III
A. ASAL MULA BUMI
Di sudut digambarkan sistem tata surya kita (keluarga
matahari), yang terbentuk sekitar 4,6 milyar tahun yang terbentuk tahun lalu.
Menurut teori kabut pilin (Nebular Hypothesis). Tata surya kita berasal dari
suatu gumpalan kabut/gas raksasa yang sangat pans pekat, panas dan berpilin
(berputar) pada porosnya. Bagian intinya yang sangat panas dan pijar memadat
menjadi matahari dan luarnya yang terpisah, menggumpal akibat penurunan
temperature, membentuk planet-planet : Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter,
Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Planet tersebut saat ini masih terus
berputar pada porosnya (berotasi), dan berjalan mengelilingi matahari pada
orbitnya (Berevolusi).
Diantaranya planet mars dan jupiter terdapat gugusan
batuan disebut “Asteroid” yang juga bergerak mengelilingi matahari. Apabila
asteroid ini terpental dari orbitnya dan tertarik oleh gravitasi bumi, akan
terjadi gesekan saat memasuki atmosfir oleh gravitasi bumi, akan terjadi
gesekan sisanya akan jatuh ke bumi sebagai “teteorit”. Tabrakan-tabrakan hebat
meteorit dengan kulit bumi akan menimbulkan percikan yang membeku sebagai
“tektite”.
Meteorit berkomposisi batuan/logam, sehingga
dikelompokkan menjadi metoerit batuan, meteorit logam, dan meteorit campuran,
sedangkan tektite materialnya gelas (kaca).
Akibat dari penurunan temperature yang terus menerus
di awal pembentukannya, bagian permukaan bumi membeku dan membentuk kulit bumi
yang sangat tipis bila dibandingkan dengan jari-jari-jari bumi. Kulit bumi
memberikan gambaran tentang proses/peristiwa pembentukan bumi dan produknya
yang dapat dipelajari melalui disiplin ilmu geologi.
B. TEKTONIK INDONESIA
Penurunan temperatur pada massa cair di dalam bumi berbeda antara satu
dengan yang lainnya, sehingga terjadi perbedaan kekentalan. Masa kental (lebih
padat) mempunyai berat jenis lebih besar akan tertarik oleh gravitasi bumi
sehingga tenggelam ke perut bumi. Ruang yang tertinggal oleh masa yang
tenggelam tersebut akan diisi oleh massa
yang masih cair dari daerah sekitarnya. Pergerakan masa ini menimbulkan arus
yang dikenal sebagai arus konveksi yang berpengaruh terhadap kulit bumi untuk
turut bergerak. Oleh karena itu istilah lempeng sering disebut sebagai “Teori
apa naungan benua”.
Arus konveksi bergantung pada posisi ruang yang ditinggalkan
oleh masa yang tenggelam ke dalam perut bumi dengan massa yang lebih cair, sehingga arah arus
konveksi menjadi beda. Beberapa lempeng besar yang bertentuk meliputi : lempeng
Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng Amerika Utara, Lempeng Mazca, Lempeng
Amerika Selatan, lempeng Afrika, lempeng pasifik, dan lempeng Antartika.
Lempeng-lempeng tersebut bergerak secara berlahan dan antar lempeng yang
berdekatan akan terjadi salin menjauh, akan saling bergesekan, saling
bertumbukan, saling menyusup atau menunjam.
C. SUMATRA
Sudut peragaan ini memperagakan kondisi geologi pulau
ketiga terbesar di Indonesia.
Geologi yang menonjol di pulau sumatara ini adalah adanya patahan (sesar) aktif
yang di kenal sebagai sesar besar Sumatra
(dulu sesar semangko) yang membentang dari ujung utara sampai ujung selatan.
Aktifitas tektoniknya juga dicerminkan oleh terjadinya intensitas gempa bumi
sepanjang sesar, terbentuk danau di atas dan di bawah, terbentuknya ngarai
Sianok dan lembah harau. Pulau Sumatra juga banyak gunung api aktif. Danau Toba
merupakan kaledra terbesar di dunia. Juga berbagai contoh batuan dan mineral
serta fenomena geologi lainnya.
D. KALIMANTAN
Pulau kedua terbesar di Indonesia setelah pulau Irian
adalah Pulau Kalimantan yang relatif stabil dibandingkan dengan pulau-pulau
besar lainnya, karena relatif jauh dari sumber tumbukan antar lempeng, sehingga
pulau Kalimantan tidak memiliki gunung api aktif. Salah satu fenomena geologi
yang sangat menarik di pulau ini adalah terdapatnya Delta Mahakam yang sangat
luas. Berada di sungai Mahakam, Kalimantan Timur, fenomena geologi lainnya,
termasuk proses pembentukan batubara dan keterdapatan intan.
E. PULAU JAWA DAN NUSA
TENGGARA
Kondisi geologi pulau jawa sangat mirip dengan geologi
pulau Sumatra, tetapi keunikan pulau ini
adalah padat penduduknya dan banyak gunung api aktif yang menghasilkan berbagai
potensi kebencanannya. Diperagakan berbagai potensi geologi pulau Jawa,
termasuk di dalamnya potensi sumber daya alam, mineral, energi panas bumi, dan
morfologi kars
sebagai atraksi geowisata.
F. SULAWESI
Pulau Sulawesi yang mirip dengan huruf “K” ini proses
pembentukannya dipengaruhi adanya pergerakan (3) lempeng yakni : lempeng
pasifik, lempeng Eurasia, dan lempeng
Indo-Australia. Ahli geologi berpendapat bahwa pulau Sulawesi
bagian dari pulau Kalimantan yang dipisahkan
oleh pergerakan lempeng sekitar 50-2 juta tahun lalu. Disusul bagian timur
kurang lebih 10 juta hutan lalu oleh pergerakan lempeng ke arah barat dan
membentur bagian selatan dan utara pulau Sulawesi
membentuk lengan utara (Sulawesi utara) dan
lengan tenggara (Sulawesi Tenggara).
G. MALUKU
Kepulauan Maluku berada di kawasan laut banda yang
dipengaruhi oleh pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu lempeng Indo-Australia,
lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik.
Pada sudut peragaan ini disajikan berbagai fenomena
geologi yang berpengaruh terhadap keberadaan potensi sumber daya geologi
(terumbu karang “Atol” dan potensi geologi lainnya) serta potensi gempa bumi
tektonik dan tsunami.
H. PAPUA
Irian jaya yang saat ini disebut sebagai Papua
merupakan pulau terbesar, berada di ujung timur Indonesia, keunikan pulau ini
adalah adanya “salju” pada puncak pengunungan Jayawijaya. Ketinggian puncak ini
dibentuk adanya tabrakan antara lempeng pasifik dan lempeng Indo-Australia.
Kedua lempeng itu bertabrakan sejak 57 juta tahun yang lalu, membentuk
pegunungan jaya Wijaya dengan ketinggian puncak + 5.039 meter dari
permukaan laut. Pembentukan pegunungan ini juga membentuk jalur lintasan pada
batuan sedimen setebal 10.000 meter serta lembah yang memiliki beragam jenis
batuan yaitu “Lembar Baliem.
BAB IV
DUNIA BATUAN DAN MINERAL
Mineral merupakan metarial pembentuk batuan yang didefinisikan sebagai
benda padat berbentuk kristal, hasil bentukan kristal di alam mempunyai komposisi
kimia dan struktur ion tertentu. Mineral yang mempunyai komposisi kimia sama
tetapi struktur ionya berada diberi nama yang berbeda pula. Misalnya grafit dan
intan yang keduanya disusun oleh karbon (C). klasfisikasi mineral didasarkan
pada komposisi kimianya. Pertumbuhan dan pengkristalan mineral dijasikan oleh
bowen. (Bowen Series).
A. Batuan Beku
Batuan beku adalah jenis batuan yang merupakan hasil
pembekuan magma dimana mineral penyusunnya terdiri dari kristal. Apabila proses
pembekuannya berjalan secara perlahan maka kristal berukuran besar, sebaliknya
apabila secara cemat, maka prosesnya tidak terbentuk kristal, melainkan gelas
(kaca). Batuan beku diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan ukuran
kristalnya meliputi, batuan beku asma, peralihan, basa.
B. Batuan Endapan
Batuan sedimen klasik : merupakan hasil tambakan
batuan yang telah ada sebelumnya dimana mineral rombakan itu tertransport dan
kemudian diendapkan pada satu cekungan menjadi batuan sedimen. Contoh batuan
endapan klasik adalah batu lempung, lanau, batu pasir, breksi, dan konglomerat.
Batuan sedimen kimia : terjadi karena adanya proses
kimia di suatu lingkungan yang akhirnya menghasilkan endapan batuan. Contoh :
batuan sedimen kimia adalah gibsum.
Batuan sedimen organic. Karena adanya organisme
berkumpul di lingkungan tertentu. Kumpulan jasad menjadi batuan endapan. Contoh
: batuan sedimen organic adalah batu gamping (koral).
C. Batuan Malihan (Metamorf)
Batuan malahan atau metamorf berasal dari batuan yang
telah ada sebelumnya yang kemudian terkena pengaruh tekanan dan temperature
tinggi sehingga perubahan mineral. Contoh batuan malahan adalah marmer,
kuarsit, batu anduk, dan batu sabak.
D. SURVEI GEOLOGI
Untuk mengetahui keadaan geologi suatu daerah
diperlukan penelitian (pengambilan data/ informasi) daerah yang bersangkutan.
Adapun tahapan penelitian geologi tersebut meliputi :
Studi informasi awal
Penyusun rencana kegiatan survei, pengadaan peta
topografi, foto udara, dan citra satelit, penafsiran foto udara dan citra
satelit, kompulasi data sekunder dan pembuatan peta dasar untuk kegiatan
survei.
Studi lapangan.
Pengenalan daerah telitian/selidikan, pengamatan
singkapan pengukuran geofisika, geokimia, pemboran, pengambilan, contoh batuan,
mineral, fosil, air tanah dan plotting hasil kegiatan survei.
Studi laboratorium
Analisis petrologi, analisis geokimia dan analisis
paleontology.
Studio
Penggambaran peta dan penyusunan laporan.
E. Gunung Api Indonesia
Gunung api adalah bukit atau gunung yang mempunyai
lubang kepundan sebagai tempat keluarga magma dan atau gas ke permukaan bumi.
Seluruh wilayah Indonesia
terdapat 129 gunung api aktif (+13% gunung aktif dunia). Semua berada di
pada jalur tektonik memanjang mulai dari Sumatra Utara ke arah selatan melalui
Jawa, Nusa Tenggara, sampai laut banda (sesuai lempeng Indo-Australia ke
lempeng Eurasia).
Deretan ini dikenal dengan jalur mediteran. Kelompok
gunung api lainnya terdapat di Sulawesi Utara. Maluku (Penyusupan lempeng
pasifik ke bawah lempeng Eurasia). Deretan ini
disebut jalur lingkar pasifik (Circum Pasific).
Penyusupan lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia menyebabkan bagian dari lempeng Indo-Australia
itu melelh/terlarutkan oleh panas sangat tinggi di dalam perut bumi. Larutan
dari pencarian lempeng Indo-Australia kemudian naik ke atas karena mempunyai
berat jenis lebih kecil disebabkan oleh banyaknya unsur gas dan uap air
(volatil). Sementara itu yang pada lempeng Eurasia,
terjadi lakukan dan retakan yang mempermudah laluran terapung menerobos kulit
bumi membentuk gunung api. Larutan yang terapung tadi disebut magma, yaitu
cairan silikat pijar bersuhu antara 900oC – 1.405oC.
Magma muncul ke permukaan bumi melalui kawah (kepudan)
gunung api, magma yang muncul kepermukaan bumi disebut lava. Karena itu lava
yang baru keluar dari permukaan bumi. Biasanya berbentuk cairan pekat, pijar
dan sangat panas.
Istilah lava seringkali disamarkan dengan lahar, lahar
adalah campuran batuan dari berbagai ukuran yang asalnya terdapat di sekitar
kawah (kepundan) gunung api dan bergerak ke arah lereng karena pengaruh
gravitasi dan adanya hujan atau aktifitas gunung api. Oleh karena itu lahar
biasanya terdiri dari butiran dan bongkahan yang bercampur dengan lumpur dan
air, temperaturnya biasa panas atau dingin.
Kekentalan magma di pengaruhi oleh komposisi, magma
asam kental dari pada magma biasanya. Letusan gunung api di pengaruhi oleh
sifat magma, yang dipengaruhi oleh kekentalan, kandungan gas dan kedalaman.
Magma yang kental disertai tekanan gas yang kuat akan menghasilkan letusan yang
sangat dahsyat. Magma encer dan dangkal dengan kekuatan gas lemah akan
menghasilkan leleran seperti yang terjadi di beberapa gunung api di Hawaii.
BAB V
A. PERTAMBANGAN MINERAL DAN
ENERGI
Peragaan geologi untuk kehidupan manusia dapat
dijumpai di Lantai II Museum Geologi. Di ruang utama diperagakan berbagai
miniatur (model) penambangan, baik penambangan mineral maupun penambangan
energi minyak dan gas bumi, serta berbagai contoh batuan yang mengandung
mineral bijih dan batuan reservoir tempat terperangkapnya minyak bumi. Untuk
penambangan mineral di peragaan model penambangan tembaga/emas di Grasberg,
Irian jaya yang dikelola oleh PT. Freeport Indonesia. Untuk penambangan energi
minyak dan gas bumi meliputi model pemboran migas “Peciko tahap I” di selat
makasar yang dikelola total Indonesia
alat transportasi/kapal tanker pengangkut gas alam cair (LNG).
B. PEMANFAATAN BATUAN DAN
MINERAL
Batuan dan mineral telah dimanfaatkan oleh manusia
sejak zaman purba hingga zaman modern sekarang ini. Sebagai contoh digambarkan
dalam ilustrasi bahwa manusia purba telah menggunakan batuan untuk membuat api,
dipakai sebagai alat, senjata untuk melumpuhkan hewan buron dan menggunakan
mineral “oker” untuk melukis di dinding-dinding gua, pada zaman kerajaan di
Indonesia banyak dibangun dan dibuat dari berbagai candi, stupa, dan patung
dari emas dengan hiasan permata yang
berasal dari mineral.
Pemanfaatan batuan dari mineral terus meningkat hingga
zaman modern sekarang ini seiring dengan kemajuan teknologi eksplorasi dan
eksploitasi. Pemanfaatan di bagi kehidupan manusia meliputi aspek, mulai dari
industri peralatan rumah tangga, perhiasan, pemukiman, infrastruktur,
telekomunikasi, komputer, kedoketeran, sains dan teknologi, pesawat terbang
hingga satelit.
Batu giling (grinding stone) adalah alat yuang pernah
digunakan pada abad ke VII, zaman kerajaan sriwijaya di daerah Palembang.
Alat tersebut digunakan untuk menghancurkan batuan
yang mengandung bijih emas, agar emas dapat dipisahkan dari batuan.
C. EKSPLORASI DAN
EKSPLIOTASI
Eksploitasi adalah kegiatan penyelidikan lapanganuntuk
mengumpulkan data informasi selengkap mungkin tentang keberadaan sumber daya
alam non hayati di suatu tempat. Tahap awal dilakukan dengan penyelidikan
geologi yang didukung metode geofisika dan geokimia. Pemboran sering kali
dilakukan hanya untuk memastikan endapan mineral atau minyak dan gas bumi
bernilai ekonomis.
Eksploitas adalah kegiatan penambangan/pengusahaan
sumber daya alam yang telah dinyatakan prospek berdasarkan analisis kandungan
mineral, minyak dan gas bumi, analisis kandungan dan besarnya cadangan,
analisis ekonomi, serta analisis mengenai dampak lingkungannya (AMDAL).
Metode ini diterapkan tergantung pada sifat cadangan
yang ditambang dan keterdapatannya. Apabila bersifat cair atau gas biasanya
dilakukan dengan cara pemboran. Apabila penambangan bawah tanah. Apabila padat
dan terdapat dipermukaan cukup dilakukan dengan penambangan terbuka.
D. MINERAL DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI
Dalam kehidupan sehari-hari, baik tradisional maupun
tradisional dan modern, manusia sangat tergantung pada batuan dan mineral. Pada
peragaan terlihat bahwa dalam kehidupan tradisional manusia telah menggunakan
batuan untuk menumbuk dan menghaluskan bahan makanan. Sabit untuk bercocok
tanam, kapak memotong kayu, setrika untuk merapikan baju, dan manik-manik untuk
perhiasan. Sanit, kapak maupun setrika bahan dasarnya berasal dari mineral
“besi” sedangkan manik-manik berasal dari “batu mutiara”.
Dalam kehidupan modern, berbagai komponen peralatan bahan
dasarnya sebagian besar juga berasal dari batuan/mineral seperti : Komponen
pesawat terbang, mobil, komputer/laptop, telepon genggam, kamera, perhiasan dan
lain-lain. Sebagai contoh : badan pesawat terbang terbuat dari aluminium yang
berasal dari mineral bauksit, lensa kamera berasal dari mineral kuarsa : dan
lain sebagainya.
E. BAHAN GALIAN KOMODITAS
NASIONAL
Dari berbagai contoh, dikemukakan jelas sekali bahwa
manusia menjalani kehidupannya sangat mengalami perubahan dan batuan dan
mineral sangat di perlukan. Dalam ilmu geologi memegang peranan yang sangat
penting. Untuk mengolah suatu mineral menjadi logam murni diperlukan tanaga
ahli dari ilmu yang lain seperti ahli teknik sipil, arsitek, teknik industri,
ekonomi, dan lingkungan. Pada ruang 4 gambarkan beberapa contoh batuan yang
mengandung mineral bijih seperti emas, nikel dan tembaga yang diolah menjadi
logam murni kemudian diolah menjadi barang siap pakai (barang jadi) seperti
emas untuk perhiasan : nikel untuk sendok dan garpu, tembaga untuk kabel
listrik, timah untuk solder dan lain sebagainya.
Contoh hasil proses destilasi (penyulingan) tersebut
seperti bensin, minyak pelumas, minyak tanah paraffin, lilin putih dan lain
sebagainya diperagakan di dalam lemari peragaan, berikut peta cekungan yang
memungkinkan terjadinya mendapatkan minyak dan gas bumi di Indonesia, berbagai
jenis batubara yang juga merupakan komoditif energi alternatif di peragakan
berikut proses pengolahan dan keterdapatannya di Indonesia.
F. GAMPA BUMI DAN GERAKAN
TANAH
Proses geologi selain dapat menghasilkan berbagai
bahan mineral dan energi, juga dapat menimbulkan bencana alam seperti gempa
bumi tanah longsor, dan letusan gunung api.
Gempa bumi adalah guncangan secara tiba-tiba yang
terjadi akibat proses endogen pada kedalaman tertentu. Sebagian besar wilayah Indonesia
merupakan daerah rawan gempa bumi. Berbagai potret akibat gempa bumi dan peta
wilayah rawan gempa bumi diperagakan di ruang peragaan ini CS. Sampai saat ini
manusia belum mampu untuk mencegah terjadinya gampa bumi. Untuk mencegah agar
kita selamat hendaklah berlindung di lapangan, keluar rumah, sehingga tidak
tertimpa jatuhnya bangunan rumah. Apabila tidak sempat lari keluar, sebaiknya
berlindung di bawah meja kayu.
Gerakan tanah ialah perpindahan material pembentuk
lereng berupa batuan, tanah, bahan timbunan atau material campuran yang
bergerak ke arah bawah dan keluar lereng. Pada ruang peragaan ini digambarkan
peta rawan gerakan tanah di Indonesia,
proses terjadinya dan pencegahannya.
G. BAHAYA DAN MANFAAT GUNUNG
API
Indonesia
memiliki 129 gunung api aktif yang tersebar mulai dari Sumatra Selatan melalui
Jawa, Nusa Tenggara sampai ke laut Banda. Jalur ini disebut jalur mediterania.
Jalur gunung api adalah jalur sirkum pasifik, yaitu
jalur gunung api yang masuk ke wilayah Indonesia dari Filipina ke daerah
Sulawesi Utara dan Halmahera. Gunung api ini
dapat membayakan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya karena letusannya
yang dapat memuntahkan batuan dan terjadinya aliran lahar dan lava dari dalam
perut bumi.
Letusan gunung api sering kali meninggalkan lubang
yang sangat lebar, disebut “Kaldera” batuan yang dimuntahkan karena letusan
menjadi hancur berbentuk bongkahan besar sampai ukuran pasir bahkan berupa
debu. Batuan yang terankumulasi di puncak gunung api dapat secara tiba-tiba meluncur
ke daerah lereng karena pengaruh hujan dan gravitasi menjadi lahar.
Pada peragaan dapat dilihat berbagai material seperti
jerigen plastik yang meleleh terkena awan panas, kamera yang hancur terkena
lontaran batuan yang masih sangat panas serta pijar dan lain-lainnya.
Selain dapat menimbulkan malapetaka, gunung api juga
dapat menjadi sumber kehidupan bagai umat manusia, dimana hasil pelapukan
batuan gunung api menjadi tanah yang subur untuk pertanian dan perkebunan.
Hutan lindung. Panas bumi di daerah gunung api dapat dijadikan sumber daya
energi yang sangat bermanfaat untuk tenaga listrik.
H. AIR DAN LINGKUNGAN.
Pada ruang terakhir diperagakan tentang sumber daya
air untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Yang meliputi daun hidrologi,
pemanfaatan air tanah untuk air minum, rumah tangga, industri, pertanian dan
lain sebagainya, selain pemanfaatannya diperagakan pula cara ekploitasi air
tanah dengan cara pemboran serta dampak yang dapat ditimbulkan apabila air
tanah itu deksploitasi secara berlebihan, yaitu adanya perubahan struktur bawah
permukaan dan amblesan.
A. Kesimpulan
Dari beberapa yang telah tertulis maka penyusun dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Museum Geologi adalah wahana yang
mempelajari tentang sejarah kehidupan dengan tertemukan fosil-fosil purba dan
sampai geografi Indonesia
tentang terbentuknya Negara Indonesia
dari deretan lempang.
2.
Pengembangan dengan adanya zaman
ke zaman biasa diteliti bahwa banyak yang kita pelajari tentang zaman lampau
3.
Pengemlompokkan ruang di maksud
agar pembaca bisa tahu kapan, dimana, dan penemu dapat diketahui di “Museum
Geologi”.
B. Saran
Dalam penyusunan karya tulis ini semoga dapat
bermanfaat maka dariitu penyusun menyarankan :
1.
Menarik minat kepada pembaca agar
mengetahui tentang fosil-fosil purba bersejarah.
2.
Karya tulis ini disusun dengan
tujuan supaya teman-teman mengetahui dan mempelajari tentang museum geologi.
3.
Semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan adik-adik dimasa yang akan datang.
PENUTUP
Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rohmat-Nya kepada
penyusun maka selesailah karya tulis ini dan penyusun juga mengucapkan terima
kasih kepada bapak dan Ibu guru Pembimbing yang telah berusaha sehingga dengan
susah payah memberi petunjuk-petunjuk kepada penyusun sehingga karya tulis ini
dapat diselesaikan. Penyusun juga menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak
kekurangan serta kekeliruan dalam penyusunan, maka dari itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun.
Penyusun sangat mengharapkan agar karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
pembaca sekalian dan akhirnya semua baik Bapak dan Ibu Guru yang diberikan
kepada penyusun mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ali Sastrohoetomo. 1975. Karangan Ilmiah. Jakarta : Pradnya Paramita
2.
Brotowidjooj.M.D. 1985. Penulisan
kurangan Ilmiah. Jakarta
Akademika Pressindo.
3.
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta : Balai Pustaka.
4.
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. 1992. Tentang Bahasa Baku
Bahasa Indonesia Jakarta
: Balai Pustaka
5.
Keraf, Gorys, 1994. Komposisi. Ende :Nusa Indah
6.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa. 1975. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta
: Balai Pustaka
7.
Sutrisno Hadi, Prof. Drs. M.A 1980.
Metodologi, Research, Yogyakarta : Fakultas
Psikologis UGM
8.
Suipardono, Susilo, 2004. Teknik Penulisan Karya Ilmiah sebuah Makalah.
Cilacap : Dinas P dan K.
9. Trigan, Henry Guntur, 1973. Menulis
Sebagai Suatu Keterampilan. Bandung
: Angkasa
10. T. Pudjiono, Ph. 1982. Petunjuk
Penyusunan Karya Tulis. Purworejo :
SMU II
11. Buku
Panduan Karya
Tulis tentang
Museum Geologi.